Hari-hariku selalu diwarnai dengan kakekku, walaupun aku dijahilin sama teman-temanku. Tetapi kakek selalu menghiburku, dengan usia kakek yang semakin tua aku pun sangat prihatin dengan kondisi kakek yang sering sakit-sakitan. Kakek sangat lucu jika bercerita dan dia sangat bersemangat menghiburku, kakek selalu memakai kursi goyang di depan teras rumahku. Kakek pernah bercerita tentang perang dulu,
bercerita dongeng, kadang-kadang cerita lucu juga. Aku sampai tertawa geli melihat wajah kakek yang disesuaikan dengan cerita, kakek sangat berarti bagiku.
bercerita dongeng, kadang-kadang cerita lucu juga. Aku sampai tertawa geli melihat wajah kakek yang disesuaikan dengan cerita, kakek sangat berarti bagiku.
Pada suatu hari, kakek ku mengalami sakit keras. Karena faktor usia, belakang hari ini kakek jarang bercerita dan belakang hari ini juga kakek sering sakit. Aku takut kehilangan kakek, sesampai aku menangis saat kakek batuk-batuk
“doa kan saja yang terbaik sayang..” kata ibuku
“doa kan saja yang terbaik sayang..” kata ibuku
Bagaimana bisa kakek yang sangat berarti bagiku akan pergi tuk selamanya, itu sangat tidak mungkin dan akan menjadi kenangan pahit yang teramat sangat. aku sangat ingin bercanda lagi bersama kakek, aku sangat merindukan wajah kakek yang keriput. Kakek biasanya duduk di kursi goyang menunggu ku pulang sekolah sekarang tidak ada lagi, nenek terus menangis melihat kakek sekarat.
“nenek, aku juga sedih lihat kakek sakit. Nenek jangan nangis ya, nanti nenek yang sakit” kata ku sambil memeluk nenek.
“nenek, aku juga sedih lihat kakek sakit. Nenek jangan nangis ya, nanti nenek yang sakit” kata ku sambil memeluk nenek.
Akhirnya setelah lama kemudian hal yang tidak inginkan pun terjadi, kakek ku sudah meninggalkan kami sekeluarga, dia memberi pesan kepadaku untuk yang terakhir kali dia berkata:
“Diana, kakek selalu bilang. Jaga ibumu dan jangan pernah menangis karena kau sangat cantik jika kau ceria. Diana, hiburlah dirimu sendiri jika kakek tidak ada” kata kakek ku untuk terakhir kali. Aku terus memegangi tangan kakek sambil menangis
“kakek, Diana janji Diana akan turuti perintah kakek…, kek…, jangan pergi kek… kakek…” kata ku sambil menjatuhkan air mata,
“Diana, kakek selalu bilang. Jaga ibumu dan jangan pernah menangis karena kau sangat cantik jika kau ceria. Diana, hiburlah dirimu sendiri jika kakek tidak ada” kata kakek ku untuk terakhir kali. Aku terus memegangi tangan kakek sambil menangis
“kakek, Diana janji Diana akan turuti perintah kakek…, kek…, jangan pergi kek… kakek…” kata ku sambil menjatuhkan air mata,
5 bulan sudah berlalu, aku sudah melupakan kesedihan pahit kehilangan kakek. Tetapi kenangan itu tidak akan terlupakan sampai kapanpun, kursi kakek sudah menjadi kenangan kakek dulu. Kursi kakek tetap di tempatnya karena untuk kakek yang sangat berjasa dan sangat pandai menghibur cucu-cicitnya,
“Diana! Kenapa kamu melamun? Ayo kita pergi!” kata Fellysia aku pun langsung pergi ke sekolah. Aku tak akan pernah melupakan kakek untuk selamanya, dan begitu juga saudara ku yang lain. Untuk sebagai mengenang kakek, kursi yang biasa diduduki kakek itu pun tetap diletakkan di depan rumah ku. Itulah dia, kursi kakek yang tidak pernah dan tidak akan kami lupakan.
Cerpen Karangan: Aulia Febi Rahmah