Pagi mulai menepis malam yang gelap itu. Kini aku mulai terbangun dari tidurku yang melelapkan. Ku mulai buka jendela rumah, dan seperti biasa aku menyegarkan tubuh sejenak dengan melihat keadaan sekitar… Sangat indah!
Namun sepertinya ada yang berbeda, yah… Aku sepertinya memiliki tetangga baru. Siapa ya dia? Semoga dia anak yang baik, agar bisa berteman dengan ku.
Jam menunjukkan pukul 06.30, andita menjemputku di rumah. Ia adalah teman dan saudaraku juga. Rumahnya tak terpaut jauh dari rumah ku. Hanya bergeser 2 rumah saja. Tapi memang sifatnya agak aneh, boleh dibilang anak nakal, tapi ia masih mempunyai sisi positif lah,
Tiba-tiba ia masuk ke rumah lalu menghampiri kamar ku…
“rik… Depan rumah kamu ada tetangga baru ya…?”
“ihh kamu itu apa-apa an sihh, bukannya masuk rumah orang itu ngucapin salam dulu kek. Apa kek…?”
“iya… Iya bawelll… Assalamu’alaikum”
“wa’alaikum salam.. Gitu donk.. Iya emang ada tetangga baru kenapa?”
“enggak… Cupu tau, orangnya…”
“emang kenapa…? Takut kalah saing?”
“ihh gue keren kalii.. Kece lagi”
“dari mana? Dilihat dari monas ya, pakek sedotan…”
Kami pun tertawa terpingkal-pingkal tepat di depan rumah. Dan tak disadari pula tetangga baru itu menoleh ke arah kita. Yahh jadi malu kan… Dasar andita… Kami segera mengakhiri canda tawa itu. Dan segera berangkat ke sekolah.
“rik… Depan rumah kamu ada tetangga baru ya…?”
“ihh kamu itu apa-apa an sihh, bukannya masuk rumah orang itu ngucapin salam dulu kek. Apa kek…?”
“iya… Iya bawelll… Assalamu’alaikum”
“wa’alaikum salam.. Gitu donk.. Iya emang ada tetangga baru kenapa?”
“enggak… Cupu tau, orangnya…”
“emang kenapa…? Takut kalah saing?”
“ihh gue keren kalii.. Kece lagi”
“dari mana? Dilihat dari monas ya, pakek sedotan…”
Kami pun tertawa terpingkal-pingkal tepat di depan rumah. Dan tak disadari pula tetangga baru itu menoleh ke arah kita. Yahh jadi malu kan… Dasar andita… Kami segera mengakhiri canda tawa itu. Dan segera berangkat ke sekolah.
Ohh iya… Aku sampai lupa memperkenalkan nama ku pada kawan-kawan semua. Nama ku paramitha rika, dan biasanya temen-temen manggil aku rika. Aku bersekolah di smk bina pendidikan 3 yang tempatnya ada di sekitar wilayah ibu kota jakarta. Semoga kawan dapat bersenang hati dengan membaca cerita ku ini ya…
Sampailah kita di sekolah. Dan kami pun langsung menuju ke kelas. Karena jam telah menunjukkan pukul 06.55. Ya… 5 menit lagi bel akan berbunyi.
5 menit berlalu…
Bell sekolah telah berbunyi.
Saat kami sedang asyik mengerjakan ulangan matematika. Tiba-tiba ibu guru terlihat menggandeng sosok anak baru siapa ya? Jadi penasaran.
“assalamu’alaikum anak-anak…”
“waalaikum salam ibu…”
“ini adalah kawan baru kalian. Pindahan dari yogyakarta. Silahkan perkenalkan nama mu nak.”
“terimakasih bu… Selamat pagi… Nama saya siti fatimah. Saya biasa dipanggil imah. Saya pindahan dari ma nurul huda yogyakarta. Semoga kawan-kawan mau berpatisipasi dengan saya. Terimakasih…”
Bell sekolah telah berbunyi.
Saat kami sedang asyik mengerjakan ulangan matematika. Tiba-tiba ibu guru terlihat menggandeng sosok anak baru siapa ya? Jadi penasaran.
“assalamu’alaikum anak-anak…”
“waalaikum salam ibu…”
“ini adalah kawan baru kalian. Pindahan dari yogyakarta. Silahkan perkenalkan nama mu nak.”
“terimakasih bu… Selamat pagi… Nama saya siti fatimah. Saya biasa dipanggil imah. Saya pindahan dari ma nurul huda yogyakarta. Semoga kawan-kawan mau berpatisipasi dengan saya. Terimakasih…”
Aku pun baru menyadari.. Ternyata anak baru itu adalah tetangga ku tadi, kebetulan sekali sebelah andita baru saja pindah sekolah 5 hari yang lalu. Jadi ibu guru mempersilahkan untuk duduk bersamanya.
“ihhh ka… Males gue…”
“sabar kali dit… Emang kenapa sih ama anak baru itu?…”
“(…)”
“ihhh ka… Males gue…”
“sabar kali dit… Emang kenapa sih ama anak baru itu?…”
“(…)”
Saat istirahat…
Aku pun mengajak berkenalan dengan nya. Maklum lah, dia agak sedikit malu-malu, namanya juga anak baru. Tapi bukan malu-malu in yaa
“hayy… Im..I…Im, i..??”
“imah!”
“yahh itu maksud aku!”
“iya ada apa.?”
“kamu pindahan dari jogja ya?”
“iya… Ohh iya nama kamu siapa?”
“aduhh aku lupa, aku kan belum ngasih tau ya… Nama ku rika”
“ya.. Dia itu rika sicerewet n’ bawell,”
“kamu apa-apaan sih dit… Nahh ini temen aku, namanya dita…”
“hai dita…”
Dita masih tetap dengan muka jutek nya itu,
“maaf ya imah! Dita emang orang nya kayak gitu…”
“ohh nggak papa kok, mungkin emang belum kenal aja.”
“ya udah kita ke kantin yuk, sekalian aku mau ngasih tau ruangan-ruangan yang ada di sini.”
“ohh gitu ya udah…”
Aku pun mengajak berkenalan dengan nya. Maklum lah, dia agak sedikit malu-malu, namanya juga anak baru. Tapi bukan malu-malu in yaa
“hayy… Im..I…Im, i..??”
“imah!”
“yahh itu maksud aku!”
“iya ada apa.?”
“kamu pindahan dari jogja ya?”
“iya… Ohh iya nama kamu siapa?”
“aduhh aku lupa, aku kan belum ngasih tau ya… Nama ku rika”
“ya.. Dia itu rika sicerewet n’ bawell,”
“kamu apa-apaan sih dit… Nahh ini temen aku, namanya dita…”
“hai dita…”
Dita masih tetap dengan muka jutek nya itu,
“maaf ya imah! Dita emang orang nya kayak gitu…”
“ohh nggak papa kok, mungkin emang belum kenal aja.”
“ya udah kita ke kantin yuk, sekalian aku mau ngasih tau ruangan-ruangan yang ada di sini.”
“ohh gitu ya udah…”
Kami beranjak dari tempat duduk untuk menuju ke kantin, dan sambil berjalan aku memberitahukan padanya semua ruangan yang ada di sini. Orangnya cukup asik untuk diajak bercanda, semoga ini awal yang baik.
Kemudian tibalah kami di dalam kantin, dan seperti biasa aku memesan makanan yang aku sukai begitu pula dita. Sedangkan imah, aku samakan saja dengan punya ku. Heheheh
Tapi tiba-tiba…
“ahh.. Aku nggak mau makan disini ah rik”
“lho…? Kenapa…? Kan udah dipesenin..”
“nggak ah! Aku mau makan sama pacaraku aja, disini nggak nafsu (sambil melirik ke arah imah).”
“ya udah.. (ampun dehh tu anak)!”
“kalian berdua sering makan disini?”
“ha? Ohhhh iya.. Iya ya. Sering hampir setiap hari.”
“kayaknya temen kamu itu nggak suka deh sama aku rik!”
“ee.. Nggak kok. Cuma belum kenal aja, bener apa yang kamu bilang tadi. Udah lahh… Dia ini. Gampang ntar aku coba ngomong sama dia. Ayo sekarang makan dulu yuk…”
Kami langsung menyantap makanan yang ada di piring, sambil sesekali menceritakan pengalaman dia selama sekolah di sana, jadi kitakan bisa bertukar fikiran…
Tapi tiba-tiba…
“ahh.. Aku nggak mau makan disini ah rik”
“lho…? Kenapa…? Kan udah dipesenin..”
“nggak ah! Aku mau makan sama pacaraku aja, disini nggak nafsu (sambil melirik ke arah imah).”
“ya udah.. (ampun dehh tu anak)!”
“kalian berdua sering makan disini?”
“ha? Ohhhh iya.. Iya ya. Sering hampir setiap hari.”
“kayaknya temen kamu itu nggak suka deh sama aku rik!”
“ee.. Nggak kok. Cuma belum kenal aja, bener apa yang kamu bilang tadi. Udah lahh… Dia ini. Gampang ntar aku coba ngomong sama dia. Ayo sekarang makan dulu yuk…”
Kami langsung menyantap makanan yang ada di piring, sambil sesekali menceritakan pengalaman dia selama sekolah di sana, jadi kitakan bisa bertukar fikiran…
“ohh… Berarti yang ada di depan rumah aku itu rumah kamu ya… Pantesan waktu aku masuk kelas tadi, itu kayaknya udah pernah liat kamu. Tapi dimana?”
“nihh disini…”
“hahhahahhahah…”
“nihh disini…”
“hahhahahhahah…”
1 tahun berlalu…
Aku dan imah serasa kian hari kian akrab. Seperti layaknya teman lama. Tapi dari setahun yang lalu memang sifat andita tak pernah berubah, sekarang ia juga jarang berkumpul lagi dengan kami, rasanya ia semakin menjauh dari ku, aku tak mau mempermasalahkan hal itu.
Hingga pada suatu hari, hari itu tepatnya hari minggu, aku ingin mengajak keduanya pergi ke salah satu tempat favoritku. Dan disana aku ingin mereka berteman, karena aku juga tak enak melihat saudara ku menjauh, dan teman baru ku menghindar. Aku hanya ingin mereka berteman, tak bermusuhan seperti ini.
Aku telah memberitahu keduanya. Namun aku tidak memberitahu andita jika nanti aku juga mengajak imah, karena aku tau jika andita tahu! Aku mengajak imah pasti dia jengkel dan kesal.
Aku dan imah serasa kian hari kian akrab. Seperti layaknya teman lama. Tapi dari setahun yang lalu memang sifat andita tak pernah berubah, sekarang ia juga jarang berkumpul lagi dengan kami, rasanya ia semakin menjauh dari ku, aku tak mau mempermasalahkan hal itu.
Hingga pada suatu hari, hari itu tepatnya hari minggu, aku ingin mengajak keduanya pergi ke salah satu tempat favoritku. Dan disana aku ingin mereka berteman, karena aku juga tak enak melihat saudara ku menjauh, dan teman baru ku menghindar. Aku hanya ingin mereka berteman, tak bermusuhan seperti ini.
Aku telah memberitahu keduanya. Namun aku tidak memberitahu andita jika nanti aku juga mengajak imah, karena aku tau jika andita tahu! Aku mengajak imah pasti dia jengkel dan kesal.
Di taman…
“kamu duduk disini dulu ya im…”
“ohh iyaa”
Secepat mungkin aku menjemput andita.
Dan 10 menit kita sampai di taman.
Lalu…
“imah??”
“apa kabar andita.”
“kamu itu apa-apa in sih rik,”
“gini! Tenang dulu donk, kan aku belum ngomong”
“alahhh… Kamu kan tahu sendiri, aku paling nggak suka kalo ada dia!!!”
“tenang dulu donk dit! Aku itu capek, ngeliat kalian berantem trus!!! Aku juga pengen ngeliat kita temenan bareng–bareng, nggak kayak gini lagi!”
“nggak! Aku nggak mau”
“salah aku itu apa sih dit? Apa aku pernah bikin kamu kesel? Kamu kan baru 1 tahun kenal sama aku, tapi kenapa kamu benci banget sama aku.”
“tuh coba jelasin!”
Nampaknya andita terlihat diam saja, aku semakin ragu. Apakah rencana ku ini berhasil?
“pokoknya aku nggak suka sama kamu!!!”
“iya tapi kenapa? Biar kita semua tahu alesannya.”
Seketika andita pergi.
“andita…”
“kejar dia rika.. Sebelum semua terlambat.”
“tapi kamu?”
“jangan fikirkan aku! Dia teman baikmu.”
Secepat mungkin aku mengejarnya. Namun sepertinya aku mulai kehilangan jejak nya, aku coba panggil-panggil dia namun tak ada respon apapun, aku terus berlari lagi hingga aku menemukan gelang pernah aku kasih ke dita, dan gelang itu terjatuh, seperti dibuang oleh pemiliknya.
Dan tak jauh dari tempat itu aku mendengar suara tangisan.
“hiiiks… Aku benci kamu rika!!!”
Setelah mendengar suara itu aku menyelinap di belakang nya. Aku berusaha mendengar kan semua apa yang ia katakan, dan tak terasa air mataku mulai menitih… Tetes demi tetes mengalir. Aku tak menyangka sama sekali, bahwa dia sayang sekali pada ku.
Aku perlahan menghampirinya…
“andita…”
“(mulai menghapus air matanya) ngapain kamu kesini! Pergi kamu! Aku nggak butuh kamu. Kamu jahat, kamu nggak pernah ngerasain sakitnya jadi aku. Jangan pernah deket sama aku lagi. Anggep aja kita nggak pernah kenal…”
“kenapa kamu ngomong kayak gitu, aku udah tau semuanya. Kenapa kamu nggak pernah bilang sama aku. Kamu nggak pernah cerita tentang ini ke aku. Jadi darimana aku tau…”
“aku udah berusaha kasih tau kamu. Tapi kamu selalu nggak ada waktu buat aku. Dan buat temen baru. Aku selalu di nomor duakan, kamu egois!! Sekarang kamu tau aku, aku nggak pernah suka dengan hal baru. Semuanya… Temen baru buat aku itu petaka. Semua yang baru itu duri buat aku. Gara-gara hal baru juga ibuku meninggal! Aku benci semua yang baru. Termasuk imah. Dia yang buat aku sama kamu jauh… Dia itu hal baru yang aku benci. Aku kira kamu peka tentang itu, tapi ternyata aku salah… Dan yang paling penting! Hal baru juga yang membuat aku seperti ini!”
Aku mulai tak mengerti apa yang dia katakan.
“percuma aku kasih tau, kamu nggak bakal ngerti! Hanya aku yang ngerasain itu semua. Aku dulu hanya berfikir kamu itu 1 buat aku. Teman yang tak akan pernah terganti. Tapi setelah kamu kenal imah.Semua fikir ku itu hancur.”
“aku harap kamu tau kalo aku juga sayang sama kamu. Tapi aku juga ingin memiliki teman yang banyak… Apa itu salah…?”
“bukan… Itu salah aku. Semua itu salah aku kenapa aku dulu pernah kenal sama kamu, yang aku fikir hanya kamu yang bisa ngertiin aku.”
“bukan gitu maksud aku dit…”
“udah lah… Kamu pergi aja dari sini… Pergiii…”
“kamu duduk disini dulu ya im…”
“ohh iyaa”
Secepat mungkin aku menjemput andita.
Dan 10 menit kita sampai di taman.
Lalu…
“imah??”
“apa kabar andita.”
“kamu itu apa-apa in sih rik,”
“gini! Tenang dulu donk, kan aku belum ngomong”
“alahhh… Kamu kan tahu sendiri, aku paling nggak suka kalo ada dia!!!”
“tenang dulu donk dit! Aku itu capek, ngeliat kalian berantem trus!!! Aku juga pengen ngeliat kita temenan bareng–bareng, nggak kayak gini lagi!”
“nggak! Aku nggak mau”
“salah aku itu apa sih dit? Apa aku pernah bikin kamu kesel? Kamu kan baru 1 tahun kenal sama aku, tapi kenapa kamu benci banget sama aku.”
“tuh coba jelasin!”
Nampaknya andita terlihat diam saja, aku semakin ragu. Apakah rencana ku ini berhasil?
“pokoknya aku nggak suka sama kamu!!!”
“iya tapi kenapa? Biar kita semua tahu alesannya.”
Seketika andita pergi.
“andita…”
“kejar dia rika.. Sebelum semua terlambat.”
“tapi kamu?”
“jangan fikirkan aku! Dia teman baikmu.”
Secepat mungkin aku mengejarnya. Namun sepertinya aku mulai kehilangan jejak nya, aku coba panggil-panggil dia namun tak ada respon apapun, aku terus berlari lagi hingga aku menemukan gelang pernah aku kasih ke dita, dan gelang itu terjatuh, seperti dibuang oleh pemiliknya.
Dan tak jauh dari tempat itu aku mendengar suara tangisan.
“hiiiks… Aku benci kamu rika!!!”
Setelah mendengar suara itu aku menyelinap di belakang nya. Aku berusaha mendengar kan semua apa yang ia katakan, dan tak terasa air mataku mulai menitih… Tetes demi tetes mengalir. Aku tak menyangka sama sekali, bahwa dia sayang sekali pada ku.
Aku perlahan menghampirinya…
“andita…”
“(mulai menghapus air matanya) ngapain kamu kesini! Pergi kamu! Aku nggak butuh kamu. Kamu jahat, kamu nggak pernah ngerasain sakitnya jadi aku. Jangan pernah deket sama aku lagi. Anggep aja kita nggak pernah kenal…”
“kenapa kamu ngomong kayak gitu, aku udah tau semuanya. Kenapa kamu nggak pernah bilang sama aku. Kamu nggak pernah cerita tentang ini ke aku. Jadi darimana aku tau…”
“aku udah berusaha kasih tau kamu. Tapi kamu selalu nggak ada waktu buat aku. Dan buat temen baru. Aku selalu di nomor duakan, kamu egois!! Sekarang kamu tau aku, aku nggak pernah suka dengan hal baru. Semuanya… Temen baru buat aku itu petaka. Semua yang baru itu duri buat aku. Gara-gara hal baru juga ibuku meninggal! Aku benci semua yang baru. Termasuk imah. Dia yang buat aku sama kamu jauh… Dia itu hal baru yang aku benci. Aku kira kamu peka tentang itu, tapi ternyata aku salah… Dan yang paling penting! Hal baru juga yang membuat aku seperti ini!”
Aku mulai tak mengerti apa yang dia katakan.
“percuma aku kasih tau, kamu nggak bakal ngerti! Hanya aku yang ngerasain itu semua. Aku dulu hanya berfikir kamu itu 1 buat aku. Teman yang tak akan pernah terganti. Tapi setelah kamu kenal imah.Semua fikir ku itu hancur.”
“aku harap kamu tau kalo aku juga sayang sama kamu. Tapi aku juga ingin memiliki teman yang banyak… Apa itu salah…?”
“bukan… Itu salah aku. Semua itu salah aku kenapa aku dulu pernah kenal sama kamu, yang aku fikir hanya kamu yang bisa ngertiin aku.”
“bukan gitu maksud aku dit…”
“udah lah… Kamu pergi aja dari sini… Pergiii…”
“rika bener kok dit… Dia emang sayang sama kamu.”
“imah?”
“iya… Aku tau selama ini kamu benci sama aku. Tapi selama itu juga kedekatan ku sama rika itu hanya ingin punya banyak teman aja. Itu aja kok, kamu jangan egois gitu lah, emang salahnya apa sih?”
Aku semakin pusing dengan ini… Aku tak mengerti sama sekali apa yang ada di fikiran dita.. Kenapa ia selalu membenci semua hal baru.
“kamu jangan terlalu terobsesi dengan hal konyol kamu itu dit.”
“iya.. Bener kata rika. Nggak semua hal baru bikin kamu jadi gini… Itu cuma fikiran kamu aja, yang selalu membenci hal baru itu. Coba… Kenali aku dulu! Setelah itu kamu baru tau apa itu teman baru.”
Ia pun terdiam, mungkin sejenak memikirkan apa yang baru saja imah katakan.
Yah… Semoga ia memang percaya dengan hal itu.
“imah?”
“iya… Aku tau selama ini kamu benci sama aku. Tapi selama itu juga kedekatan ku sama rika itu hanya ingin punya banyak teman aja. Itu aja kok, kamu jangan egois gitu lah, emang salahnya apa sih?”
Aku semakin pusing dengan ini… Aku tak mengerti sama sekali apa yang ada di fikiran dita.. Kenapa ia selalu membenci semua hal baru.
“kamu jangan terlalu terobsesi dengan hal konyol kamu itu dit.”
“iya.. Bener kata rika. Nggak semua hal baru bikin kamu jadi gini… Itu cuma fikiran kamu aja, yang selalu membenci hal baru itu. Coba… Kenali aku dulu! Setelah itu kamu baru tau apa itu teman baru.”
Ia pun terdiam, mungkin sejenak memikirkan apa yang baru saja imah katakan.
Yah… Semoga ia memang percaya dengan hal itu.
1 bulan kemudian…
Dita mulai memahami hal apa yang sebenarnya ia benci itu. Ternyata… Semua hal yang baru itu membuat mala petaka ya… Dan yang paling penting, sekarang ia berubah menjadi orang yang lebih positif lagi. Kami juga memberi masukan pada nya bahwa yang ia lakukan setiap waktu itu karena pengaruh sugesti yang dulu pernah menaungi fikiran nya ketika ibunya tiada. Tapi aku lebih yakin lagi dengan andita yang sekarang, terimakasih ya teman-teman… Kalian telah membantu kami untuk menyadarkan andita. Malam memecah keheningan di setiap ruang. Sa’atnya kami tidur..Dan menggapai hari esok yang… Cerah… Keep smile…
Dita mulai memahami hal apa yang sebenarnya ia benci itu. Ternyata… Semua hal yang baru itu membuat mala petaka ya… Dan yang paling penting, sekarang ia berubah menjadi orang yang lebih positif lagi. Kami juga memberi masukan pada nya bahwa yang ia lakukan setiap waktu itu karena pengaruh sugesti yang dulu pernah menaungi fikiran nya ketika ibunya tiada. Tapi aku lebih yakin lagi dengan andita yang sekarang, terimakasih ya teman-teman… Kalian telah membantu kami untuk menyadarkan andita. Malam memecah keheningan di setiap ruang. Sa’atnya kami tidur..Dan menggapai hari esok yang… Cerah… Keep smile…
Tamat
Cerpen Karangan: Naulin Rusdiyanti Rahayu